Senin, 18/11/2019 09:41 WIB
Bung Karno; Revolusi Indonesia, Revolusi Muhammad
DAKTA.COM - Oleh: Wildan Hasan, Waketum PP Pemuda Dewan Dakwah
Dalam amanatnya pada peringatan Maulid Nabi Muhammad pada 6 Agustus 1963, bung Karno berpidato:
"Semangat ajaran Nabi Muhammad itu yang membawa kita pada perjuangan, kerelaan berkorban menuju revolusi Indonesia. Semangat ajaran itu yang membuat bangsa Indonesia menjadi seperti sekarang ini."
"Nabi Muhammad adalah pemimpin terbesar."
Mochammad Nur Arifin, penulis buku Bung Karno "Menerjemahkan Al Qur'an" menyebutkan, bukan sekali atau dua kali saja bung Karno bicara tentang sosok Nabi Muhammad. Ada sederet pidato Bung Karno yang berbicara tentang Sang Nabi. Khususnya itu disampaikan dalam beberapa amanatnya pada peringatan Maulid Nabi Muhammad di Istana Negara. Bung Karno tidak pernah kehabisan bahan, kata-kata, dan pujian untuk Sang Nabi. Baginya, Nabi Muhammad adalah samudera hikmah dan keteladanan. (167)
Buku yang berjudul Bung Karno Menerjemahkan Al Qur'an, yang ditulis oleh Mochammad Nur Arifin
Nur Arifin dalam bukunya menyampaikan beberapa pernyataan Bung Karno terkait Sang Nabi di antaranya;
1. Bung Karno meminta kepada Menko Prof. Kyai Saifuddin Zuhri agar tidak pernah lupa menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad di Istana Negara setiap bulan Maulid tiba. (171)
2. "Nabi Muhammad adalah mata air keteladanan revolusioner." (172)
3. "Sejarah umat manusia dipenuhi orang-orang besar. Bangsa besar pasti memiliki orang besar. Dimana-mana ada orang besar. Tapi orang-orang besar itu tidak luput dari salah. Siapa berani berkata bahwa orang-orang besar itu tidak pernah bersalah? Semua pernah bersalah karena khilaf dan salah adalah sifat manusia, tapi Nabi tidak pernah bersalah. Kepemimpinannya mutlak benar. Karenanya, kita harus tunduk pada kepemimpinannya." (172)
4. Bung Karno menegaskan dirinya terlalu kecil apabila dibandingkan dengan Nabi Muhammad. "Muhammad telah mencapai puncaknya puncak dari ketinggian yang bisa dicapai oleh manusia." katanya. (173)
5. "Tapi ajarannya (ajaran Nabi Muhammad) bukan saja berlaku untuk satu daerah, satu negara. Ia berlaku dimana-mana. Bahkan ajarannya berlaku untuk sepanjang zaman." (173) **
Editor | : | |
Sumber | : | Wildan Hasan |
- Budaya Silaturahmi dan Halal Bihalal
- Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Menurut Perspektif Pemikir Ekonomi Islam
- Jauh Dari Pemerintahan Bersih Dalam Sistem Demokrasi
- Persikasi Bekasi, Dulu Penghasil Talenta Sekarang Sulit Naik Kasta
- Quo Vadis UU Ciptaker
- Kaum Pendatang Mudik, Cikarang Sunyi Sepi
- Menanti Penjabat Bupati Yang Mampu Beresin Bekasi
- Empat Pilar Kebangsaan dan Tolak Tiga Periode
- DUDUNG ITU PRAJURIT ATAU POLITISI?
- Ridwan Kamil Berpeluang Besar Maju di Pilpres 2024, Wakil dari Jawa Barat
- QUO VADIS KOMPETENSI, PRODUKTIVITAS & DAYA SAING SDM INDONESIA
- Tahlilan Atas Kematian Massal Nurani Wakil Rakyat
- Nasehat Kematian Di Masa Pandemi Covid-19
- FPI, Negara dan Criminal Society
- Pembantaian di Sigi Poso Sulteng, Ini Hipotesanya
0 Comments