Harits Abu Ulya: Mereka Memilih Hijrah Dari Indonesia
JAKARTA_DAKTACOM: Saat ini media di Indonesia ramai memberitakan 16 warga Indonesia yang hilang di Turki dan diinformasikan akan bergabung dengan Islam State Irak Syam (ISIS). Berikut ini wawancara Syifa Faradillah dari Radio Dakta dengan Direktur CIIA. Haris Abu Ulya.
Syifa Faradillah: Saat ini media di Indonesia ramai memberitakan 16 WNI yang hilang di Turki dan diduga akan bergabung dengan ISIS seperti apa pandangan bapak?
Harits Abu Ulya: Menurut saya, banyak WNI keluar negeri dengan beragam kepentingan. Hal itu lumrah. Ada yang bertujuan untuk bekerja, sekolah, humanity, wisata, dagang, diplomatik kenegaraan,atau suaka politik dan operasi intelijen dengan beragam cover.
Syifa Faradillah: Artinya bukan hal yang aneh orang bepergian ke luar negeri termasuk ke daerah konflik seperti ke Suriah misalnya?
Harits Abu Ulya: Ya. Ada banyak WNI pergi tersebar ke berbagai negara, namun ada realitas yang tidak bisa dipungkiri bahwa ada WNI yang pergi ke wilayah konflik seperti ke Suriah dalam rangka kemanusiaan bahkan lebih dari itu yakni masuk membantu dan terlibat dalam perang. Atau fenomena baru adalah hijrah yakni WNI pergi dari Indonesia dengan niat pindah dan menjadi warga negara lain.
Syifa Faradillah: Seperti apa ISIS dimata dunia Barat dan Timur Tengah?
Harits Abu Ulya: IS-ISIS bagi dunia Barat dan rezim boneka di kawasan Timur Tengah khususnya, diposisikan sebagai musuh dan ancaman bagi eksistensi mereka. Sikap politik ini teresonansi juga di dunia Islam lainnya termasuk Indonesia yang selama ini inheren dengan proyek dekonstruksi Barat terhadap Islam.
Syifa Faradilla: Seperti apa Eksistensi ISIS di Indonesia?
Harits Abu Ulya : Jika isu IS-ISIS di Indonesia terus muncul ya karena sudut pandang media sekuler yang seirama segendang dengan pemerintahan yang sekuler memandang eksistensi IS-ISIS dan pemikiran/ideologi yang di emban cukup berbahaya bagi NKRI dengan Pancasila dan demokrasinya. Maka logika yang akan dipakai untuk mereduksi pengaruh paham IS-ISIS adalah mengkriminalkan para pengikutnya.
Untuk hal tersebut butuh regulasi agar punya payung hukum implementasinya, ekspos opini terkait IS akan menjadi stimulan pemerintah segara rumuskan regulasinya. Di samping perang opini dengan sasaran masyarakat luas juga akan dilakukan oleh pemerintah dengan seluruh instrumennya plus bermitra dengan banyak komponen masyarakat seperti ormas dan tokoh-tokoh intelektual dan tokoh agamanya.
Jadi, konflik Suriah memberikan efek politik keamanan di dunia Islam termasuk Indonesia menjadi dinamis penuh dengan "riak-riak" kecil."
Reporter | : | |
Editor | : | |
Sumber | : | Imran Nasution |
- Musrenbang Virtual, Inovasi Pemkot Bekasi Menyerap Aspirasi Warga
- Menilik Sejarah Islam di Bumi "Serambi Mekah" Aceh
- Habib Rizieq: Saya Sudah Tiga Kali Ditangkap…
- Dituduh Tokoh Islam Radikal, Ini Jawaban Dr Zakir Naik
- Jika Terbukti Benar, Penyadapan Melanggar UU ITE
- Melecehkan KH Ma'ruf Amin, GNPF MUI Akan Melaporkan Ahok
- Percakapan K.H Ma'ruf Amin dan SBY, Agus Hermanto : Klarifikasi yang Sebenar-benarnya
- Menyudutkan K.H Ma'ruf Amin, Dr. Adian Husaini : Ahok dan Kuasa Hukumnya Gagal Paham!
- Kanwil DJP Jabar II Ajak Pelaku Usaha Sadar Pajak
- Wacana Interpelasi Diluncurkan PGRI Demo
- Pedagang Daging Mogok, Apa Kata Hendri Saparini
- LIRA: Reshuffle Kabinet Harus Terbuka ke Publik
- Ustadz Ali Muktar: Masih bolehkah kami mendirikan masjid?
- Islam Nusantara Untuk Mengotak-ngotakkan Islam
- Dana Aspirasi Rp. 20 Miliar Berpotensi untuk di Korupsi
0 Comments