Alasan NATO Tak Tutup Zona Terbang Ukraina
DAKTA.COM - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memutuskan tidak menerapkan zona larangan terbang di Ukraina karena dianggap bisa memicu Rusia menilai tindakan itu sebagai sirene perang.
"Kami sepakat bahwa pesawat NATO tidak boleh beroperasi di wilayah udara Ukraina atau pasukan NATO berada di Ukraina," kata Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg sebagaimana dikutip CNN, Minggu (6/3).
Ia menyatakan bahwa membuat langit Ukraina menjadi zona larangan terbang bukan menjadi pilihan yang dipertimbangkan oleh aliansi itu.
Zona larangan terbang merupakan area di mana pesawat tidak dapat terbang dan melintas sebuah wilayah lantaran sejumlah alasan. Sebelum konflik Ukraina dan Rusia, NATO pernah memberlakukan zona larangan terbang ini di negara non-anggota seperti Bosnia dan Libya.
Dalam konteks Ukraina, zona itu dapat melarang pesawat Rusia terbang di atas wilayah pecahan Uni Soviet tersebut dan dapat mencegah penyerangan udara terhadap Ukraina.
Jika pesawat Rusia terbang di atas zona larangan, maka pasukan NATO harus bertindak. Langkah itu termasuk upaya penembakan terhadap pesawat yang melintas.
Keterlibatan NATO dalam invasi tersebut dinilai dapat ditafsirkan sebagai tindakan perang terhadap Rusia dan dapat mengakibatkan penggunaan nuklir sebagai senjata.
Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri melihat NATO sebagai ancaman terhadap wilayahnya dan menggunakan dalil tersebut untuk menginvasi Ukraina. Oleh karena itu, dikutip dari CNN, NATO enggan terlibat dalam invasi tersebut mengingat kekuatan nuklir yang dimiliki Rusia.
Hal ini memicu protes dari Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, yang menyebut hal ini akan memberi lampu hijau bagi Rusia untuk terus menyerang Ukraina. Padahal, NATO dianggap mampu menutup zona terbang di atas langit Ukraina, yang justru tidak dilakukan.
"Ini adalah self-hypnosis dari mereka yang lemah, tidak aman di dalam, meskipun faktanya mereka memiliki senjata berkali-kali lebih kuat dari yang kita miliki," ujar Zelensky.
Menurutnya, NATO sengaja membuat narasi Rusia akan terprovokasi dan berbalik menyerang jika zona larangan terbang di atas langit Ukraina diterapkan.
Padahal, Zelensky menyebut lembaga itu memiliki senjata yang berkali-kali lebih kuat dari yang dimiliki Ukraina. Zelensky kemudian menilai KTT NATO lemah dan membingungkan.
Ia juga menyebut aksi NATO ini menunjukkan tidak semua pihak menganggap perjuangan untuk kebebasan sebagai tujuan nomor satu Eropa.
Sumber | : | CNN INDONESIA |
- Jerman Tolak Usulan Larangan Visa Turis untuk Warga Rusia
- Balas Zelensky, Suriah Putus Hubungan Diplomatik dengan Ukraina
- Erdogan Ambil Sikap atas Penyerangan Masjid Al Aqsa Oleh Israel
- Uni Eropa: Militer Rusia Bertanggung Jawab Atas Kelangkaan Pangan Global
- Qatar Alokasikan Dana Bantuan Kemanusiaan untuk Pengungsi Ukraina
- Sekjen NATO: Pembunuhan Sipil di Bucha, Ukraina adalah Kebrutalan
- AS Resmi Nyatakan Rusia Lakukan Kejahatan Perang di Ukraina
- WHO Konfirmasi Adanya Deltacron, Rekombinasi Delta dan Omicron yang Telah Menyebar di Eropa
- Pengungsi Ukraina Diperingatkan Bahaya Perdagangan Manusia
- Rusia Minta Bantuan Makanan dari China Kala Perang di Ukraina
- Hamas Kecam Keras Pertemuan Erdogan dengan Presiden Israel Herzog
- Kanada akan Sanksi 10 Orang Dekat Putin
- Zelensky Minta AS Kirim Jet: Mungkin Terakhir Anda Lihat Saya Hidup
- UNCHR: 1 Juta Orang Tinggalkan Ukraina dalam Sepekan
- UE Tanggapi Dugaan Rasisme Pengungsi Kulit Hitam Ukraina
0 Comments