Oleh : Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
Apa itu lockdown? Lockdown adalah sebuah situasi dimana orang tidak diperbolehkan untuk masuk atau meninggalkan sebuah bangunan atau kawasan dengan bebas karena alasan sesuatu yang darurat. (Cambridge)
Lockdown efektif dengan kebijakan pemerintah untuk menutup sejumlah public meeting atau kerumunan yang berpotensi menularkan virus corona. Transportasi publik dihentikan. Toko ditutup. Sekolah diliburkan. Dan sejenisnya. Terkecuali public service yang keberadaannya menjadi denyut nadi kehidupan seperti layanan kesehatan, rumah makan dan food market yang menyediakan kebutuhan harian.
Anies Baswedan, Gubernur DKI sudah memulai langkah. Sejumlah tempat wisata seperti Monas, Ragunan dan Ancol ditutup untuk dua minggu kedepan. Tak menutup kemungkinan akan menyusul tempat-tempat public interaction yang lain. Anies juga minta semua warga Jakarta tidak keluar rumah kecuali untuk kebutuhan yang sangat urgent. Ini tanda, kebijakan lockdown sudah dicicil. Secara nasional, itu kewenangan pemerintah pusat. Wilayah DKI, Anies punya tanggung jawab sekaligus kewenangan untuk lockdown jika diperlukan, mengingat ada enam kasus covid-19 di Singapura dan satu kasus di Australia yang diklaim penularannya dari Jakarta.
Kenapa harus lockdown? Sebab pertama, penyebaran covid-19 ini masif. Lonjakan jumlah orang yang terinveksi sangat tinggi. Sehari kenaikan angkanya bisa lebih dari 100 persen. Kamis 34 orang yang terinveksi, Jumatnya sudah 69 orang. Itu yang terlacak. Lonjakan angka ini menunjukkan bahwa ada yang tak terlacak. Berapa jumlahnya dan dimana wilayahnya, tak ada data dan susah diprediksi. Sebab, satu orang bisa jumpa 100 orang dalam beberapa hari saja dan di tempat yang berbeda.
Kedua, orang-orang yang terinveksi covid-19 dan tak terlacak tadi, tanpa disadari terus menebar virus kepada banyak orang yang berinteraksi dengannya. Semacam sistem Multi Level Marketing (MLM). Sistem MLM ini berlaku secara alamiah dan masif dalam penyebaran virus corona.
Jangan kaget jika beberapa hari kedepan, jumlah orang Indonesia yang terinveksi covid-19 ini melonjak angkanya secara berlipat. Tidak 100 persen lagi, tapi ribuan persen. Ini karena penyebarannya tak mampu di-tracking dengan akurat. Dan inilah yang terjadi di sejumlah negara.
Satu orang terinveksi, maka semua anggota keluarganya kemungkinan juga akan terinveksi. Dan masing-masing anggota keluarga itu punya komunitas dan berinteraksi dengan orang yang berbeda. Masing-masing menginveksi anggota keluarga yang lain. Dan begitu seterusnya. Coba hitung ke berapa banyak orang yang terinveksi oleh satu anggota keluarga itu? Gak mungkin semuanya bisa di-tracking.
Sudah ada 109 negara terinveksi. Hanya butuh tiga bulanan. Dahsyat. Ini ependemi global. Penyebarannya lewat interaksi sosial, baik langsung maupun tidak langsung. Anda salaman, rangkulan, cipika-cipiki, atau berada dalam jarak kurang dari satu meter di KRL, MRT, bus atau rumah makan, itu namanya interaksi langsung. Interaksi tidak langsung ketika anda pegang gagang pintu atau sebuah gelas yang telah dipegang oleh orang yang terinveksi covid-19. Anda berpotensi terinveksi.
Siapa yang jamin bahwa saat ini anda tidak terinveksi covid-19? Anda sudah diperiksa dengan alat yang tepat? Soal gejala, bisa 14 hari atau lebih baru kelihatan. Saat dimana virus corona sudah berhari-hari menyerang, dan kondisi anda ternyata sudah lumayan parah.
Sebagaimana himbauan Pak Jokowi dan juga Anies Baswedan, sering cuci tangan dengan sabun dan hindari kerumunan yang tidak perlu. Lockdown menghindarkan warga negara dari kerumunan yang tidak urgent, agar tak terinveksi melalui interaksi sosial. China telah melakukannya, dan terjadi penurunan drastis.
Memang, lockdown punya risiko sangak besar, terutama risiko sosial dan ekonomi. Tapi, demi keselamatan nyawa warga negara, pil pahit harus ditelan bersama-sama. Darurat! Toh hanya seminggu, dua minggu, atau sebulan.
Tak perlu nunggu keadaan seperti yang dialami China, Itali, Iran, Korea Selatan, Denmark, Philipina, Irlandia dan negara-negara yang terlambat lockdown setelah banyak korban terinveksi. .
Liburkan sekolah selama dua minggu sampai satu bulan, hentikan sementara transportasi umum, tutup tempat hiburan, cafe, toko yang tidak menyediakan kebutuhan harian, ini akan meminimalisir penyebaran covid-19, sekaligus memudahkan petugas kesehatan untuk melakukan tracking terhadap orang-orang yang terinveksi.
Setelah ada kepastian bahwa penyebaran covid-19 bisa dikendalikan dan semua orang yang terinveksi terlacak, kondisi bisa dinormalkan kembali. Kebijakan lockdown dicabut. Langkah ini jauh lebih efektif sebagai upaya pengendalian penyebaran virus.
Kita tunggu, kapan Pak Jokowi sebagai kepala negara mengambil keputusan untuk lockdown. Makin cepat makin bagus. Apalagi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui surat resmi telah meminta presiden Jokowi melakukan langkah, termasuk mendeklarasikan darurat nasional virus corona. Itu artinya desakan untuk lockdown. ***
Editor | : | Dakta Administrator |
Sumber | : | Opini Tony Rosyid |
- Budaya Silaturahmi dan Halal Bihalal
- Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Menurut Perspektif Pemikir Ekonomi Islam
- Jauh Dari Pemerintahan Bersih Dalam Sistem Demokrasi
- Persikasi Bekasi, Dulu Penghasil Talenta Sekarang Sulit Naik Kasta
- Quo Vadis UU Ciptaker
- Kaum Pendatang Mudik, Cikarang Sunyi Sepi
- Menanti Penjabat Bupati Yang Mampu Beresin Bekasi
- Empat Pilar Kebangsaan dan Tolak Tiga Periode
- DUDUNG ITU PRAJURIT ATAU POLITISI?
- Ridwan Kamil Berpeluang Besar Maju di Pilpres 2024, Wakil dari Jawa Barat
- QUO VADIS KOMPETENSI, PRODUKTIVITAS & DAYA SAING SDM INDONESIA
- Tahlilan Atas Kematian Massal Nurani Wakil Rakyat
- Nasehat Kematian Di Masa Pandemi Covid-19
- FPI, Negara dan Criminal Society
- Pembantaian di Sigi Poso Sulteng, Ini Hipotesanya
0 Comments