DAKTA.COM - Oleh: Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
Banjir awal tahun 2020 adalah bencana. Sebuah bencana nasional. Tak kurang dari lima provinsi terdampak. 53 orang meninggal. Sembilan diantaranya di DKI.
Disisi lain, setiap bencana selalu membawa berkah, kata orang bijak. Lalu, apa berkah di balik bencana banjir kali ini? Persatuan!
Bencana adalah momentum persatuan. Dengan bencana, rakyat bersatu. Bersatu untuk bersama-sama mengatasi bencana dan menolong para korban.
Di dalam kegiatan mengatasi bencana ini FPI dan eks HTI bisa bersama-sama dengan polisi. Satu kegiatan membantu para korban. Tak lagi ada jarak dan silang pendapat. Semua hadir dalam satu tujuan, yakni selamatkan korban.
Berbagai lembaga sosial, ormas, dan partai politik kompak ambil bagian. Selain NU dan Muhammadiyah, ada Wahdah Islamiyah yang merupakan Ormas pimpinan K. H. Zaitun Rasmin di mana sampai saat ini telah memiliki sekitar 200 cabang di kabupaten/ kota dan lebih dari 270 sekolah ini selalu menurunkan relawannya setiap kali ada bencana. Masyarakat mengapresiasi kerja ormas yang awalnya tumbuh dan berkembang di belahan timur Indonesia ini.
Sejenak, bencana harus dijadikan momentum untuk bersatu. Bersatu dengan melupakan segala friksi yang selama ini membelah masyarakat. Bersatu untuk bersama-sama menatap Indonesia ke depan.
Dengan bencana banjir ini, barangkali Tuhan ingin menyatukan kembali bangsa ini setelah terbelah sejak 2017 di pilkada DKI hingga pilpres 2019. Keinginan Tuhan ini hanya bisa disambut dengan, pertama, tak boleh ada yang saling menyalahkan. Semua pihak mesti menahan diri untuk tidak mencari kambing hitam. Gak elok bertikai di atas penderitaan dan mayat para korban.
Kedua, bersama-sama melawan siapapun yang berupaya mempolitisasi bencana banjir ini. Rakyat harus beramai-ramai menghentikannya. Jangan biarkan "Buzzer Rupiah" menebar keributan di tengah bencana.
Bencana banjir hanya masalah kecil diantara rimbunan masalah bangsa yang sedang kesulitan menghadapinya. Dari masalah lumpuhnya sejumlah BUMN, bangkrutnya BPJS, utang yang menumpuk, defisit APBN, sampai masalah kedaulatan negara.
Bangsa ini butuh persatuan untuk menghadapi semua kesulitan dan kerumitan masalah tersebut. Persatuan diawali dari bencana banjir kali ini. Setelah menyelamatkan korban, maka tugas berat selanjutnya adalah menyelamatkan bangsa dan negara ini. **
Editor | : | |
Sumber | : | Tony Rosyid |
- Budaya Silaturahmi dan Halal Bihalal
- Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Menurut Perspektif Pemikir Ekonomi Islam
- Jauh Dari Pemerintahan Bersih Dalam Sistem Demokrasi
- Persikasi Bekasi, Dulu Penghasil Talenta Sekarang Sulit Naik Kasta
- Quo Vadis UU Ciptaker
- Kaum Pendatang Mudik, Cikarang Sunyi Sepi
- Menanti Penjabat Bupati Yang Mampu Beresin Bekasi
- Empat Pilar Kebangsaan dan Tolak Tiga Periode
- DUDUNG ITU PRAJURIT ATAU POLITISI?
- Ridwan Kamil Berpeluang Besar Maju di Pilpres 2024, Wakil dari Jawa Barat
- QUO VADIS KOMPETENSI, PRODUKTIVITAS & DAYA SAING SDM INDONESIA
- Tahlilan Atas Kematian Massal Nurani Wakil Rakyat
- Nasehat Kematian Di Masa Pandemi Covid-19
- FPI, Negara dan Criminal Society
- Pembantaian di Sigi Poso Sulteng, Ini Hipotesanya
0 Comments