Nasional / Sosial /
Follow daktacom Like Like
Selasa, 23/05/2017 08:15 WIB

Peminat Transportasi Umum Masih Sedikit

Armada bus
Armada bus
JAKARTA_DAKTACOM: Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menargetkan pengguna angkutan umum mencapai 40% pada 2019. Saat ini, pengguna angkutan umum di Jabodetabek baru 24%.
 
"Dari perjalanan di Jabodetabek, saat ini yang menggunakan moda angkutan umum darat hanya 24 persen dari total perjalanan," kata Ketua Dewan Transportasi Jakarta, Iskandar Abubakar dalam dialog publik DTKJ di Aula Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman di Jakarta, Senin (22/5).
 
Menurutnya, BPTJ telah melakukan berbagai kajian, dan salah satunya adalah perlunya meningkatkan proporsi penggunaan angkutan umum (transit mode share) di Jabodetabek. Proporsi ini adalah penggunaan angkutan umum mencapai 40% pada 2019 dan 60% pada 2025.
 
Saat ini, sebanyak 24% masyarakat menggunakan moda angkutan pribadi. Hal inilah yang menyebabkan kemacetan tidak bisa dihindari. Pertumbuhan kendaraan pribadi juga lebih tinggi. Penyebabnya, tentu saja karena kurang diminatinya kendaraan umum.
 
"Data 2015 menunjukkan, jumlah kendaraan bermotor pribadi di DKI mencapai 7.979.833 unit dengan pertumbuhan rata-rata 8,12 per tahun. Sedangkan jumlah kendaraan di Jabodetabek hampir mencapai 25 juta kendaraan," katanya.
 
Saat ini, katanya, BPTJ telah membuat enam program pelayanan transportasi terpadu yang meliputi pengembangan simpul transportasi perkotaan terpadu, jaringan trayek angkutan penumpang intra dan antarmoda, jaringan angkutan barang multimoda, fasilitas perpindahan moda, sistem pembayaran terpadu, dan sistem informasi terpadu.
 
"Namun, yang jadi masalah, apakah enam program tersebut mampu memberikan solusi peningkatan proporsi penggunaan angkutan umum hingga 40% pada 2019?" ujarnya.
 
Iskandar menyebutkan, keraguannya tersebut beralasan mengingat saat ini juga pertumbuhan pemilikan kendaraan pribadi sangat tinggi terutama sepeda motor yang dianggap paling efisien. Kemudian makin maraknya pelayanan angkutan online yang memberi pelayanan seperti angkutan pribadi tetapi diminati.
 
Selain itu juga kendala yang dihadapi angkutan umum seperti sterilisasi jalur bus Transjakarta dan penyelesaian masalah angkutan umum regular yang berhimpitan dengan angkutan massal seperti dengan Transjakarta, serta belum jelasnya pelaksanaan dari electronic registration and identification (ERI), electronic law enforcement (ELE), dan electronic road pricing (ERP).
 
Total perjalanan di Jabodetabek per hari dari data 2015 tercatat 47,5 juta. Jumlah ini, kata Iskandar, menjadi tantangan yang sangat besar untuk transportasi di Ibu Kota. Setidaknya, katanya, ada dua langkah penting yang harus dilakukan untuk menguranginya, yakni bagaimana cara menaikkan penggunaan angkutan umum dari 24% menjadi 50% dan bagaimana caranya untuk bisa membatasi kendaraan pribadi. Sebab tanpa pembatasan, katanya, maka angka 40% tidak mungkin tercapai.
 
"Jadi tantangannya sangat besar. Harus ada langkah keras yang membatasi penggunaan kendaraan pribadi," katanya.
 
Agar bisa mencapai 40% itu, katanya, infrastruktur angkutan umum harus berkembang. MRT yang saat ini sedang dibangun diperkirakan hanya bisa mengangkut 500.000 penumpang yang dari 4,7 juta perjalanan di Jabodetabek, hal itu masih kecil.
 
Kriteria angkutan umum yang baik menurutnya adalah harus cepat dan murah. Pasalnya, untuk pengeluaran transportasi saja warga DKI harus mengeluarkan 20-30% , sedangkan idealnya adalah 10%.
 
"Sistem angkutan kita tidak efisien dan lambat sehingga orang tidak akan gunakan angkot. Itu kunci penting. Dalam waktu 2-3 tahun untuk mencapai 40% jadi sangat sulit," pungkasnya.
Editor :
Sumber : Beritasatu
- Dilihat 2555 Kali
Berita Terkait

0 Comments