Nasional / Ekonomi /
Follow daktacom Like Like
Selasa, 11/10/2022 12:00 WIB

Pemerintah Perlu Pertimbangkan Impor Beras Untuk Jaga Keterjangkauan Masyarakat

BERAS 2
BERAS 2

 

JAKARTA, DAKTA.COM -  Pemerintah perlu mempertimbangkan impor beras untuk menjaga keterjangkauan masyarakat. Harga merupakan parameter yang jelas dalam membaca ketersediaannya di pasar.

 

”Pemerintah perlu menjaga keterjangkauan masyarakat pada komoditas pangan strategis, misalnya saja beras. Kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi beberapa waktu lalu berdampak pada banyak hal, seperti pangan dan transportasi,” terang Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hasran.

 

Data Indeks Bulanan Rumah Tangga (Indeks Bu RT) CIPS menyebut, rata-rata harga beras di supermarket di Jakarta tidak mengalami perubahan dari harga Agustus 2022 yang masih Rp 12.800/kg. Namun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, harga tersebut mengalami kenaikan sebesar 4,98%.

 

Mayoritas masyarakat Indonesia membeli beras di pasar tradisional. Sejauh ini, harga beras di pasar tradisional naik 1,29% dari Rp 11.600/kg pada Agustus 2022 menjadi Rp 11.750/kg pada September 2022. Tren serupa juga terjadi jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu, harga beras meningkat sebesar 1,73%.

 

Kenaikan harga diduga terjadi karena meningkatnya permintaan dan berkurangnya pasokan beras. Peningkatan permintaan terjadi karena adanya pencairan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) pada periode Juli-Agustus.

 

Pengaruh harga beras pada daya beli masyarakat sangat besar. Hasran melanjutkan, hal itu terlihat pada kontribusinya pada nilai inflasi bulanan mencapai 1,17% di September 2022

 

”Harga yang cenderung bergerak naik menunjukkan jumlah pasokan yang lebih sedikit dari biasanya. Pemerintah juga perlu memperhatikan kelancaran proses distribusi, yang mungkin saja terdampak karena tingginya ongkos transportasi,” jelas Hasran.

 

Sebagai pusat produksi beras, Pulau Jawa tidak hanya memasok beras untuk satu pulau. Produksi beras dari Pulau Jawa juga dipasok ke luar pulau, seperti ke Kalimantan, Bali dan Sumatera.

 

Dalam satu pulau yang sama, kemungkinan distribusi beras, yang melalui aktor seperti petani, pengepul, tengkulak, penggilingan, pedagang besar, dan pedagang kecil, juga tersebar ke beberapa daerah berbeda.

 

Kenaikan harga beras di pasar tradisional memang secara nominal relatif kecil. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah seperti Dana Transfer Umum (DTU) dan subsidi. Namun, dalam jangka panjang, pendekatan ini tidak akan efektif mengingat harga beras cenderung naik walaupun perlahan.

 

 

Selain itu, cadangan beras di tingkat nasional pada pekan keempat september 2022 mencapai 6,8 juta ton. Stok sebanyak ini diperkirakan hanya mampu bertahan selama 81 hari, dengan asumsi pemakaian stok beras per harinya mencapai 84.330,07 ton.

 

 

Musim panen baru akan terjadi pada Februari sehingga masih ada permintaan beras selama sebulan yang harus dipenuhi. Apalagi, Cadangan Beras pemerintah (CBP) saat ini hanya sebesar 800.000 ribu ton, masih jauh dari batas aman yaitu 1,2 - 1,5 juta ton.

 

 

Di sisi lain, dalam waktu tiga bulan ke depan Indonesia akan merayakan pergantian tahun dan hari raya natal. Permintaan beras yang tinggi, apalagi di tengah cadangan beras yang menipis sudah pasti akan terus menyebabkan kenaikan harga.

 

Untuk itu pemerintah harus membuka kemungkinan adanya impor beras. Kebijakan ini tidak akan mengganggu kesejahteraan petani. Justru, impor ini akan menekan harga yang saat ini sedang tinggi sekaligus memastikan stok beras tetap aman hingga natal dan tahun baru maupun hingga musim panen tiba. 


 

 

 

 

Sumber : CIPS
- Dilihat 734 Kali
Berita Terkait

0 Comments