Nasional / Pendidikan /
Follow daktacom Like Like
Selasa, 08/12/2020 11:07 WIB

KBM Tatap Muka di Bekasi: Kesehatan dan Pendidikan Harus Diutamakan

Dialgo Publik Dakta Bertema Perlukah KBM Tatap Muka di Tengah Pandemi
Dialgo Publik Dakta Bertema Perlukah KBM Tatap Muka di Tengah Pandemi
BEKASI TIMUR, DAKTA.COM - Jelang proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung pada Januari mendatang, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi memastikan seluruh persiapan sudah dilakukan.
 
"Kita juga telah berkoordinasi dengan Komisi IV, KPAI, Dewan Pendidikan dan Satpol PP sebagai penegak aturan, semua kita libatkan dalam persiapan KBM tatap muka," jelas Kadisdik Kota Bekasi, Inayatullah dalam Dialog Publik melalui Webinar, Selasa (8/12).
 
Disdik Kota Bekasi, lanjut Inay, akan menggelar simulasi pembelajaran KBM terbatas untuk melihat kesiapan dari sekolah dan orang tua dalam mengikuti proses pembelajaran diawal tahun mendatang.
 
"Sejauh ini sudah ada sekitar 75 persen sekolah negeri untuk jenjang SMP yang sudah siap. Dan selanjutnya kita minta laporan kesiapan dari penyelenggara sekolah masing-masing," papar Inay.
 
Nantinya dalam KBM tatap muka, perlu ada persetujuan orang tua sehingga tidak semua anak didik mengikuti KBM tatap muka. "Intinya harus ada persetujuan dari orang tua siswa untuk mengikuti KBM tatap muka. Sehingga dipastikan sekitar 25 persen siswa yang siap mengikuti belajar tatap muka," ujar Inay.
 
Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Bekasi, Fatmah Hanum menjelaskan wacana KBM tatap muka dapat menjadi 'angin segar' untuk meningkatkan proses pendidikan bagi anak didik.
 
"Tidak semua orang tua disiapkan menjadi pendidik. Ini 'angin segar' KBM tatap muka. Dengan catatan pengawasan dan penegakan aturan harus ketat," jelas Fatmah.
 
Apalagi dalam kesiapan penyelenggaraan pendidikan, Pemkab Bekasi telah menyiapkan anggaran sebesar Rp418 miliar dalam penanganan Covid-19. "Sehingga harusnya Pemda harus memastikan penanganan dan pencegahannya harus maksimal. Jangan asal-asalan," pungkas Fatmah.
 
Sementara itu, Ketua Asosiasi Komite SMA se-Kabupaten Bekasi, Sardi mendukung wacana KBM tatap muka tersebut. "Anak-anak sudah bosan belajar melalui daring. Apalagi tidak semua orang tua memiliki perangkat (handphone, red). Belum lagi tidak mampu beli pulsa," ujar Sardi. 
 
Prinsip dasar, lanjut Sardi pihaknya siap dan mengizinkan anak-anak mengikuti KBM tatap muka. "Dengan catatan negara harus hadir. Menyiapkan alat cuci tangan, tracking dan deteksi dini kepada orang yang rentan penyebaran Covid-19," kata Sardi.
 
"Saya lebih menekankan KBM tatap muka dibuka. Mal saja dibuka," lanjut Sardi.
 
Pengamat dan Praktisi Pendidikan, Indra Charismiadji menegaskan wacana KBM tatap muka sangat rentan bagi anak-anak terjangkit Covid-19. "Dari sisi kesehatan, ini sangat rentan menjadi menjadi klaster baru," tutur Indra.
 
Menurut para ahli kesehatan, masih sangat berbahaya. Apalagi beberapa hari terakhir kasus Covid-19 cukup tinggi per-harinya. "Ini berbahaya, tidak hanya siswa, tapi juga guru. Apalagi mereka memiliki keluarga di rumah. Jangan seolah-olah guru kebal Covid-19," jelas Indra.
 
Menurutnya, perlu ada pemetaan yang jelas terkait zonasi penyelenggaraan KBM tatap muka. Salah satu problem di Indonesia, bukan karena pembelajaran tatap muka.
 
"Faktanya sebelum ada pandemi, mutu pendidikan Indonesia terburuk," pungkas Indra.
 
Ia mengimbau, salah satu kebijakan Kementerian Pendidikan yang harus diperhatikan yakni peningkatan mutu pendidikan. "Benahi mutu pendidikan. Fokus anak stres jika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) perlu diatasi metodenya oleh pemerintah," papar Indra.
 
Sementara Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI), Khomaini Hasan mengatakan adanya kelonggaran aktivitas masyarakat berpotensi menjadi klaster baru.
 
"Ada kelonggaran kesehatan, potensi kemunculan gelombang kedua," kata Khomaini.
 
Ia mencontohkan, seperti di Irlandia dan Jerman sempat menggelar KBM tatap muka namun akhirnya gagal. Meskipun aturan telah dilakukan, tapi menjadi kekhawatiran pada gelombang kedua penyebaran Covid-19.
 
"Kita itu tidak ada metode standar yang sama penanganan Covid. Tidak ada obat yang jelas obat untuk Covid. Cuci tangan dan menggunakan masker saja tidak 100 persen itu menghentikan penyebaran Covid-19," papar Khomaini.
 
Menurutnya, penyelenggara pendidikan tanggung jawab bersama. Baik dari pihak sekolah tetapi juga peran orang tua yang maksimal. "KBM tatap muka perlu dipertimbangkan kembali dan harus bersabar," tutup Khomaini.

 

Reporter :
- Dilihat 1504 Kali
Berita Terkait

0 Comments