Sabtu, 28/11/2020 11:57 WIB
WHO Tanggapi Klaim COVID-19 Bukan dari China, Apa Faktanya?
JAKARTA, DAKTA.COM - Sudah satu tahun pandemi COVID-19 berlalu, asal-usul virus Corona masih belum ditemukan. Virus yang diketahui pertama kali dilaporkan di Wuhan, China, belakangan diklaim tak pertama kali menyebar di sana.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ikut merespons beberapa dugaan ini, termasuk beberapa pernyataan dari China yang berulang kali menegaskan COVID-19 bukan berasal dari negaranya. Klaim China soal asal-usul COVID-19 berdasarkan pada 'bukti' adanya jejak COVID-19 di makanan beku impor.
Selain itu, China menyebut hal ini merujuk pada jurnal ilmiah yang membuktikan jika COVID-19 kemungkinan sudah beredar di Eropa lebih dulu. Pakar darurat WHO Mike Ryan mengatakan, sangat spekulatif jika menyebut COVID-19 bukan dari China.
"Saya pikir sangat spekulatif bagi kami untuk mengatakan bahwa penyakit itu tidak muncul di China," kata Mike Ryan pada briefing virtual di Jenewa setelah ditanya apakah COVID-19 bisa pertama kali muncul di luar China, dikutip dari Reuters.
"Jelas dari perspektif kesehatan masyarakat bahwa Anda memulai penyelidikan di mana kasus manusia pertama kali muncul," tambahnya, mengatakan bahwa bukti kemudian dapat mengarah ke tempat lain.
Saat ini WHO kembali menginvestigasi asal-usul COVID-19 ke Wuhan, China untuk segera mendapat titik terang terkait awal mula wabah Corona. WHO sempat dituduh Trump terkait 'China-sentris' namun berulang kali WHO membantah tuduhan tersebut.
Studi Corona berasal dari India
Baru-baru ini, sebuah studi juga menyebut COVID-19 kemungkinan berasal dari India. Tim peneliti asal China yang dipimpin Dr Shen Libing melakukan pendekatan lain untuk melacak asal-usul COVID-19. Mereka menghitung jumlah mutasi COVID-19 dalam setiap jenis virus.
Ada 17 negara yang menjadi objek penelitian. Hasil studi menemukan ada delapan negara yang memiliki mutasi paling sedikit seperti Australia, Bangladesh, Yunani, AS, Rusia, India, Italia, dan Ceko.
Namun, area asal muasal wabah harus mempunyai keragaman genetik yang luar biasa. India dan Bangladesh disebut menjadi yang potensial, demikian lapor studi yang dimuat di The Lancet berjudul 'The Early Cryptic Transmission and Evolution of SARS-CoV-2 in Human Hosts'.
Editor | : | Dakta Administrator |
Sumber | : | detikhealth |
- Bekasi Bebas Nyeri, Simak Tips Unggulan dari Pain Clinic Siloam Hospitals Bekasi Timur
- Mitra Keluarga Bekasi Timur, Tingkatkan Pusat Layanan Onkologi Terlengkap
- JIP: 13,4 Persen ODHA Mendapat Stigma Dari Orang Lain
- Komitmen Tanpa Batas, BPJS Kesehatan Berikan Layanan JKN Selama Libur Lebaran
- Tak Banyak yang Tahu, Puasa Ternyata Juga Bawa Manfaat Untuk Penderita Stroke
- Peringati Hari Ginjal Sedunia, Eka Hospital Bekasi Kenalkan Layanan Hemodialisa
- Solusi Komprehensif Perkembangan Anak, Eka Hospital Bekasi Hadirkan Klinik Child Development Center
- Mengenal Pengobatan Melalui ECIRS, Pada Kasus Batu Ginjal Kompleks
- Netty Prasetiyani : Cegah Stunting dan Bangun Keluarga Berkualitas agar Indonesia Kuat
- Kolaborasi Apik BPJS Kesehatan, Wujudkan Transformasi Mutu Layanan JKN
- SGM Eksplor Hadirkan Festival Anak Generasi Maju di Kota Bekasi
- BPJS Kesehatan Luncurkan Loket Pelayanan Informasi dan Portal Quick Response
- PT. Andalan Furnindo Gelar Penyuluhan Stunting di Desa Segara Makmur, Tarumajaya
- Akselerasi Percepatan Viral Load dalam Penanganan HIV
- Peduli Diabetes, RS Siloam Sentosa Bekasi Timur Gelar Senam Hingga Seminar Kesehatan
0 Comments