Nasional / Ekonomi /
Follow daktacom Like Like
Sabtu, 04/07/2020 12:33 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2020 Diprediksi Minus 6 Persen

Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan P Roeslani
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan P Roeslani
JAKARTA, DAKTA.COM - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terkoreksi hingga mencapai negatif 6 persen di kuartal II 2020. Hal tersebut salah satunya dipicu oleh progres stimulus penanganan Virus Corona yang masih sangat lambat.
 
"Kami di Kadin berpendapat bahwasanya akan terjadi kontraksi pertumbuhan ekonomi antara negatif 4 persen sampai negatif 6 persen di kuartal II, 2020," ujarnya melalui keterangan resmi, Sabtu (4/7).
 
Penyerapan diberbagai bidang antara lain kesehatan baru 1,54 persen, perlindungan sosial 28,63 persen, insentif usaha 6,8 persen, UMKM 0,06 persen, korporasi 0 persen dan sektoral pada 3,65 persen. Ini akan membuat tekanan terhadap pemulihan kesehatan, jejaring pengamanan sosial dan perekonomian menjadi lebih berat.
 
"Lemahnya implementasi stimulus tersebut akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III kembali kontraksi di level pertumbuhan negatif sehingga secara teknikal Indonesia masuk dalam fase resesi ekonomi," jelasnya.
 
Dari sisi perdagangan, surplus yang tercapai di bulan April dan Mei di 2020 dikarenakan penurunan impor yang lebih tinggi dibandingkan penurunan ekspor. Mengingat peran golongan bahan baku/penolong yang cukup berarti sekitar 70 persen dari total impor sampai akhir Mei tahun ini, diperkirakan produksi dalam negeri untuk kepentingan konsumsi domestik dan ekspor akan terus terdampak untuk beberapa waktu kedepan.
 
Dari sisi investasi, penurunan realisasi penanaman modal asing diperkirakan lebih menurun di kuartal II 2020, dibandingkan negatif 9,2 persen di kuartal I. Sedangkan momentum kenaikan realisasi investasi dalam negeri belum bisa diharapkan mengingat rendahnya pertumbuhan kredit sekitar 2,68 persen per Mei, 2020.
 
"Ketidakpastian dari Covid-19 bukan hanya telah mempengaruhi arus perdagangan dan investasi, namun juga terhadap penurunan daya beli ataupun konsumsi dalam negeri di kuartal II, 2020," tandasnya.
 
New Normal Bakal Ubah Globalisasi
Ketidakpastian di mancanegara terkait Covid-19 belum bisa dipastikan akan berlangsung berapa lama. Namun Kadin berpendapat bahwasanya akan terjadi beberapa perubahan ekonomi secara global.
 
Pertama, pelambatan pertumbuhan ekonomi dikarenakan penurunan daya beli atau aggregate demand. Kedua, penurunan produktivitas dikarenakan disrupsi terhadap rantai pasok atau supply chain. Ketiga, peningkatan utang (di level negara, korporasi, maupun individu yang disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan likuiditas untuk pemulihan ekonomi).
 
Keempat, model bisnis yang lebih merangkul paradigma non-komunal ataupun virtual/digital. Kelima, peningkatan divergensi antara pasar uang/modal dan perekonomian riil yang ditopang oleh semakin banyaknya pencetakan uang oleh beberapa negara maju. Keenam, peningkatan proteksionisme atau aspirasi masing masing negara untuk menjadi bagian dari deglobalisasi rantai pasok dan juga untuk meningkatkan daya saingnya.
 
"Ketujuh, deglobalisasi geopolitik yang diwarnai oleh peningkatan polarisasi antara Tiongkok dan Amerika Serikat bersama negara negara yang ingin berafiliasi dengan ataupun memanfaatkan salah satu dari dua super power tersebut," demikian dikutip keterangan resmi Kadin. 
Editor : Dakta Administrator
Sumber : merdeka.com
- Dilihat 1453 Kali
Berita Terkait

0 Comments