Mutiara Hikmah /
Follow daktacom Like Like
Ahad, 31/05/2020 08:03 WIB

Jangan Katakan Selamat Tinggal pada Ramadhan

Ilustrasi menyambut bulan Ramadhan
Ilustrasi menyambut bulan Ramadhan
DAKTA.COM - Oleh: Kholis Abu Mawla, Pegiat Majelis Keluarga Indonesia (MKI)
 
Seorang ibu asal kendari bertanya kepada Ustadz Bachtiar Nasir, "waktu Ramadhan ibadah saya meningkat sekali tapi setelah Ramadhan kendor lagi,  shalat aja sering telat. Bagaimana caranya ya ustadz supaya ibadah saya tidak kendor?"
 
Pertanyaan ini bisa jadi mewakili fenomena yang terjadi di tengah-tengah kita. Gairah ibadah menurun setelah Ramadhan. Tidak ada lagi tadarrus Al-Qur'an, tidak ada lagi shalat malam dan shalat-shalat sunnah lainya, serta semangat bersedekah pun tak jadi prioritas. 
 
Keberkahan Ramadhan memang berbeda di banding bulan-bulan lainnya. Di bulan itulah, setan dibelenggu sehingga tidak bisa mengganggu manusia, sementara pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka lebar-lebar. Inilah yang membuka hati orang beriman mudah beribadah dan makin mendekat pada berbagai amal kebajikan. 
 
Ramadhan dijadikan momentum pembinaan mental spiritual, yang hasilnya berlanjut di luar Ramadhan. Karena itu, sukses Ramadhan terletak pada bulan-bulan selanjutnya. Apakah masih istiqomah dalam ibadah dan berbagai amal sholeh? 
 
Rasululloh shallallahu alaihi wa sallam tak membeda-bedakan waktu beramal kebaikan. 
 
Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadist, pada suatu ketika, Alqamah pernah bertanya pada Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anha mengenai amal ke seharian Rasulullah, Apakah beliau mengkhususkan hari-hari tertentu untuk beramal? Aisyah menjawab, Beliau tidak mengkhususkan waktu tertentu untuk beramal. Jika beliau beramal, beliau selalu terus-menerus melakukannya. (HR al-Bukhari dan Muslim).
 
Siapa diantara kita yang mampu seperti rasul? Tentulah sangat berat. Namun, inilah yang dicontohkan oleh baginda Rasululloh untuk diikuti oleh umatnya. Gairah ibadah tak hanya dikhususkan selama ramadhan. Sementara di luar ramadhan, seolah-olah tak ada tuntutan untuk memperbanyak ibadah. 
 
Inilah yang disebut oleh Ustadz Bachtiar Nasir dalam (THR) Tausiah Hari Raya sebagai penghamba ramadhan. "Seolah-olah Alloh hanya berhak disembah pada bulan ramadhan," ungkap pimpinan AQL Islamic Center. Mereka bukan penghamba Alloh, bukan untuk memenuhi hak-hak Alloh, tapi untuk kepentingan dirinya.
 
Karena itulah, Jangan katakan selamat tinggal ramadhan. Tapi, katakanlah "telah selesai masa pembekalan, maka saatnya masa pengamalan"
 
Alloh Azza wa Jalla telah berfirman, “Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal).” (QS. Al Hijr: 99)
 
Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud dengan al yaqin adalah kematian. Ajal adalah sesuatu yang pasti terjadi, tidak ada seorang pun yang bisa menghindarinya.
 
Sementara al Zujaaj mengatakan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah sembahkan Alloh selama-lamanya, dan jangan mengatakan sembahkan Alloh pada waktu tertentu.
 
Beribadah itu bukan musiman, tapi harus terus menerus, bahkan amalan yang dicintai oleh Alloh Ta'ala,  sebagaimana yang disabdakan oleh Rasululloh, adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit (HR Muslim)
 
Selepas ramadhan, saatnya kembali mengevaluasi diri, apakah ibadah kita tak lagi segairah saat ramadhan. Ada sebuah hadist meskipun termasuk hadist dhoif, ambillan makna dari pesannya, seperti yang dikutip Ibnu Rajab dalam Lathoiful Ma'arif, “Seandainya umatku mengetahui apa yang terdapat dalam bulan Ramadhan, maka sungguh mereka akan berharap satu tahun itu Ramadhan penuh. Sesungguhnya surga berhias menyambut Ramadhan setiap tahunnya”
 
Ikutilah teladan para salafussholeh, ketika berpisah dengan ramadhan, sebagaimana ungkapan mereka. "Berpuasalah di dunia dan jadikanlah waktu berbukanya saat kematian. Dunia adalah seluruhnya bulan puasa bagi orang orang yang bertakwa. 
 
Orang yang lulus dalam ramadhan, ia akan menjadikan seluruh hidupnya berpuasa, yaitu berpuasa dari syahwat yang diharamkan. Dan, ketika ajal menjemput kita, maka telah usai berpuasa kita."
 
Karena itu, sekali lagi, jangan katakan selamat tinggal ramadhan. Katakanlah,  "Aku berpuasa dari kelezakan dunia sepanjang hari, maka, saat bersua dengan Alloh, itulah hari berbukaku atau iedul fitriku yang sejati."
 
Inilah sikap orang beriman menghadapi hari-hari setelah ramadhan, sebagaimana pesan hikmah yang disampaikan Ustadz Bachtiar Nasir, dalam Muhasabah dan Munajat Alquran yang bisa kita nikmati dalam laman youtube AQL Islamic Center.
 
Semoga Alloh Ta'ala memberi taufik dan hidayahNya kepada kita untuk istiqomah dalam beribadah dan beramal sholeh. Wallohu Ta'ala 'alam
Editor :
Sumber : Kholis Abu Mawla
- Dilihat 2292 Kali
Berita Terkait

0 Comments