Catatan Akhir Pekan /
Follow daktacom Like Like
Kamis, 19/03/2015 16:52 WIB

Majelis Az Zikra Diserang Syiah

Oleh : Adian Husaini


Rabu (11/2/2015) malam lalu, terjadi suatu peristiwa yang menghebohkan dan memilukan bagi kaum Muslimin Indonesia. Sekitar 40 orang menyerbu dan mengeroyok, lalu menganiaya seorang aktivis Islam bernama Faisal Salim di Majelis az-Zikra, Sentul, Bogor – satu Majlis zikir terkenal pimpinan Ustad Arifin Ilham. Jumat paginya, 34 orang penyerang ditetapkan oleh polisi sebagai tersangka.

Kisah penganiayaan sadis itu dikisahkan oleh situs www.islampos.com berikut ini:

TIGA jahitan di mulut, satu sobekan di pipi, luka lebam di wajah, tubuh memar, dan cedera di kaki, itulah hasil visum dokter terhadap Faisal Salim, korban penganiayaan para pembela Syiah pimpinan Habib Ibrahim di Majelis Az-Zikra.

Diceritakan, bahwa pada malam kejadian sekitar pukul 23.00 WIB malam, Rabu (11/2/2015), Ketua Komite Penegak Syariat Majelis Az-Zikra ini, bersama kedua  anaknya, baru mengeluarkan mobil untuk menjemput istrinya di Jakarta.

Namun baru beberapa meter, ia kemudian  bertemu dengan gerombolan bermotor lebih dari 30 orang. Alasan gerombolan pembela Syiah itu untuk mendesak pencopotan spanduk penolakan Syiah di Perumahan Muslim Az-Zikra. Bunyinya: “Kami warga Bukit Az-Zikra Sentul Menolak Paham Syiah.”  

Para pembela Syiah menilai, isi spanduk tersebut telah memantik keresahan mereka.

Faisal yang pada waktu itu menemui, ditanya siapakah pemasang spanduk-spanduk tersebut. Namun, Faisal mengaku tidak tahu siapa pemasangnya. Masjid Az-Zikra selama ini memang dikenal masjid yang mempertahankan akidah Ahlussunah dengan berbagai kegiatan.

Dengan sopan, ia mempersilahkan gerombolan tersebut untuk melakukan musyawarah dengan pihak RT dan RW keesokan harinya. “Karena ini sudah malam, besok saja kita musyawarah,” kata Faisal. Tak terima dengan jawabannya, sekelompok preman itu mendorong-dorong dan memukuli tubuh Faisal.

“Saya dipukuli, kemudian oleh mereka saya diteriaki, orang ISIS itu, orang ISIS itu. Orang Wahabi itu, orang Wahabi itu,” kata Faisal dengan lirih saat menceritakan kejadian itu, Kamis (12/2/2015) sore di Masjid Az-Zikra Sentul.

Yang membuat Faisal Salim pilu adalah, pemukulan itu berlangsung di depan kedua anaknya yang di bawah umur. “Saya sedih sekali Pak, yang buat saya gak kuat, saya dipukuli di depan anak-anak saya, sampai anak saya menangis mereka tetap saja memukuli saya,” lirihnya. Anak paling kecil Faisal berumur 9 tahun (pria) berada dalam peristiwa pemukulan tersebut. Sedangkan paling besar berumur 17 tahun (perempuan).

Faisal mengaku, dipukuli hingga terjatuh ke tanah. Saat ia sudah terbaring, gerombolan itu masih belum puas hingga bertubi-tubi pukulan harus diterimanya. Tampak di tubuh pria paruh baya itu luka memar-memar di wajah dan kakinya. Tidak sekedar dipukuli, Faisal kemudian digelandang ke mobil bak maling oleh para penyerang.

Tujuannya adalah untuk dibawa ke Polsek Bogor. Dalam perjalanan menuju mobil hingga saat berada di mobil, pukulan tidak henti-hentinya mendarat di tubuhnya.

“Saya sempat bilang ke mereka kalau saya dibawa-bawa saja, jangan dipukuli terus karena saya bukan maling dan bukan yang memasang spanduk. Tapi mereka malah marah dan terus memukuli saya,” tuturnya.

Hingga kini, Faisal mengaku, masih mengalami kesakitan. Namun, dalam rasa sakit itu, Faisal lebih memikirkan kondisi anaknya. “Anak saya sampai sekarang trauma lihat bapaknya dipukuli,” tutur Faisal.

Sementara itu, Arifin Ilham, Pimpinan Majelis Az-Zikra mengecam tindakan brutal para pembela Syiah di kompleks Az Zikra. Ia menegaskan, tindakan para pembela Syiah adalah tindakan yang telah melecehkan umat Islam.

 “Mereka sadis, brutal, anarkis. Dan ini menunjukan siapa sebenarnya mereka. Karena Syiah paham sesat, maka cara yang ditempuhnya pun sesat,” tegas Arifin di hadapan wartawan di Masjid Az-Zikra Sentul, Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/2/2015) malam.

Ustadz Arifin sama sekali tidak menduga kelompok ini begitu berani menyerang perkampungan Az-Zikra.

“Kami tidak menduga, ini tejadi di Majelis Az-Zikra, majelis yang di dalamnya tenang, damai, santun,” kata Ustadz Arifin.

Untuk proses hukum para pelaku, Arifin menyerahkan sepenuhnya kepada pihak penegak hukum. “Tapi, kalau ini sampai terulang lagi kami akan jihad. Karena puncaknya zikir itu adalah jihad,” tegas Ustadz Arifin.

Terkait penyerangan ini, para ulama, habib, tokoh, dan perwakilan ormas Islam langsung berkumpul di Masjid Az Zikra di Sentul Bogor, Rabu (12/2/2015). Setelah melakukan pertemuan, para ulama mengeluarkan butir pernyataan sikap.

“Kami menghimbau seluruh ulama/habaib/pimpinan umat Islam dan seluruh jamaah umat Islam agar senantiasa bersatu dan mewaspadai serangan dalam bentuk apapun kepada masjid atau tempat kediaman ulama/habaib/pimpinan umat Islam,” tulis salah satu butir pernyataan sikap ulama yang ditandatangani di antaranya oleh KH. Muhammad Arifin Ilham (Pengasuh Majelis Az Zikra, KH. Luthfi Hakim SH (Ketum Forum Betawi Rempug), Habib Muhsin bin Zaid al Atthas (Sekjen Gerakan Masyarakat Jakarta), KH. Endang Supardi (Ketum Forum Betawi Bersatu), KH. Abu Jibril (Wakil Amir Majelis Mujahidin), KH. Bachtiar Natsir (Sekjen MIUMI), KH. Misbahul Anam (Ketua Majelis Syura DPP FPI), Habib Muhsin Alatas (Ketum DPP FPI), KH. Muhammad Al Khaththath (Sekjen FUI), Hudan Dimyati Ahmad (Anggota Dewan Pembina HASMI).

Perwakilan Ulama dan Tokoh sepakat mempertahankan Indonesia sebagai negeri Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan akan melawan orang, kelompok, atau ormas yang akan berusaha mempengaruhi, mendoktrin, serta memaksakan aqidah selain Ahlu Sunnah wal Jama’ah.

******

Demikianlah kisah penganiayaan Faisal Salim. Penyerbuan dan penganiyaan di Majlis az-Zikra itu sangat memilukan. Apalagi, itu terjadi bertepatan dengan berakhirnya Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-6 di Yogyakarta, yang antara lain menyerukan, agar seluruh komponen umat Islam Indonesia bersatu dan merapatkan barisan dan mengembangkan kerja sama serta kemitraan strategis, baik di organisasi dan lembaga Islam maupun di partai politik, untuk membangun dan melakukan penguatan politik, ekonomi, dan sosial budaya umat Islam yang berkeadilan dan berperadaban.

Kasus penyerbuan Majlis az-Zikra oleh orang-orang yang mengaku sebagai pembela Syiah itu sekaligus mengingatkan kepada umat Islam Indonesia, bahwa sebenarnya masih ada masalah serius mengenai hubungan antara Muslim Sunni dan para penganut Syiah di Indonesia.

Dalam CAP-324, kita sudah membahas masalah dan solusi hubungan antara Muslim Sunni dengan kelompok Syiah. CAP itu kita beri judul: “MENAGIH JANJI  KAUM SYIAH”.  Dalam artikel di Jurnal Islamia-Republika (19/1/2012), berjudul “Solusi Damai Muslim Sunni-Syiah” saya sudah menyampaikan solusi damai antara Muslim Sunni dan pengikut Syiah di Indonesia:  “Jika kaum Syiah mengakui Sunni sebagai mazhab dalam Islam, seyogyanya mereka menghormati Indonesia sebagai negeri Muslim Sunni. Biarlah Indonesia menjadi Sunni. Hasrat untuk men-Syiahkan Indonesia bisa berdampak buruk bagi masa depan negeri Muslim ini…. Itulah jalan damai untuk  Muslim Sunni dan kelompok Syiah.”

Formula itu sebenarnya pernah disampaikan oleh tokoh Islam Mohammad Natsir kepada petinggi negara Iran yang berkunjung ke Indonesia. Bahkan, kabarnya, Mohammad Natsir juga pernah “menantang” petinggi Iran, apakah Iran mengijinkan pengiriman dai-dai ke Iran untuk “mensunnikan” orang Syiah di sana? Pertanyaan itu tidak mendapatkan jawaban.

Polemik bahkan konflik Muslim Sunni dengan kaum Syiah sudah berlangsung ribuan tahun. Di Indonesia, gencarnya penyebaran paham Syiah mulai dirasakan kaum Muslim Sunni ketika jumlah pendakwah Syiah semakin meningkat disertai dengan sarana-sarana propaganda yang semakin canggih. Di berbagai daerah, agresivitas propaganda Syiah telah memicu konflik fisik dengan Muslim Sunni. Kasus terbesar adalah pengusiran orang-orang Syiah dari Sampang Madura oleh kaum Muslimin. Kabarnya, masih ada ribuan mahasiswa Indonesia yang kini belajar di Iran.

Sebagai bagian dari Muslim Sunni Indonesia, saya berharap khususnya pada tokoh-tokoh Syiah Indonesia agar memahami dan menerima keberadaan Indonesia sebagai negeri Muslim Sunni. Energi dakwah mereka seyogyanya ditujukan kepada kaum Non-Muslim dan negeri-negeri non-Muslim lainnya. Jika mereka jujur mengakui Muslim Sunni sebagai saudaranya yang tidak sesat, maka untuk apa kaum Syiah itu giat menyebarkan pahamnya.

Isinya pun masih sangat klasik, yaitu mempersoakan keabsahan kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khathab, dan Utsman bin Affan. Bahkan, Tragedi Karbala yang menimpa Sayyidina Hussein, seperti dijadikan momentum oleh sebagian kalangan untuk terus-menerus menanamkan dendam kepada Muawiyyah dan para sahabat Nabi lainnya.

Logikanya, jika Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, Aisyah r.a. dicerca bahkan dilaknat oleh kaum Syiah, apakah mungkin kita kaum Muslim Sunni dijadikan saudara oleh mereka?  Sebab, para sahabat dan istri Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam  itulah sebaik-baik manusia setelah Rasulullah saw!  Dari merekalah kita mewarisi agama Islam dari Rasulullah saw. Bagaimana mungkin kaum Syiah ikhlas menerima Mushaf Utsmani, sementara mereka terus menghujat menantu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam tersebut?

Perbedaan yang sangat mendasar antara Muslim Sunni dan kelompok Syiah itulah yang harus dipahami dengan serius oleh para pemimpin di Indonesia. Pemimpin-pemimpin Islam seyogyanya tidak memandang ringan masalah Syiah ini. Mereka harus mencarikan solusi yang tepat,  agar masalah Syiah tidak menyandera kebangkitan umat Islam Indonesia. Semoga kasus Sampang, Jember, Majlis az-Zikra, dan sebagainya, menyadarkan kaum Muslim Indonesia untuk segera mencari solusi yang sebaik-baknya. Wallahu a’lam.*/Depok, 13 Februari 2015.


*Adian Husaini adalah Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan Islam—Universitas Ibn Khaldun Bogor. Catatan Akhir Pekan (CAP) hasil kerjasama Radio Dakta 107 FM, dakta.com dan hidayatullah.com



Editor   : Imran Nasution

 

Editor :
- Dilihat 2297 Kali
Berita Terkait

0 Comments