Wawancara /
Follow daktacom Like Like
Senin, 23/03/2015 14:36 WIB

Alberto Furqon: Masa Depan Palestina Pasca Kemenangan Netanyahu

Kemenangan Netanyahu pada Pemilihan Umum di Israel akan menjadi ancaman bagi upaya perdamain Israel-Palestina. Para pemimpin Palestina mengingatkan kemenangan telak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuktikan Israel tidak menghendaki adanya perdamaian.

Untuk mengetahui masa depan Palestina pasca kemenangan Benyamin Netanyahu dalam Pemilu Israel, Syifa Faradillah (SF) mewawancarai Pengamat Timur Tengah Alberto Furqon (AF) dalam acara Sorotan Dunia Islam di Dakta Radio.

SF : Netanyahu kembali memenangkan Pemilu Israel, bagaimana masa depan Palestina pasca kemenangan Netanyahu?

AF: Masa depan Palestina pasca kemenangan Netanyahu akan semakin sulit. Hal itu dapat dilihat dari pernyataan Netanyahu dalam pidato kemenangannya yang menyatakan bahwa " tidak akan berdiri Palestina". Meski pernyataan itu dikecam Amerika Serikat namun kita tahulah seperti apa dukungan Amerika kepada Israel. Kecaman  Amerika terhadap Israel itu semakin memperjelas hipokrit Amerika soal perdamaian Israel Palestina.

Jika Netanyahu sudah menyatakan tidak akan ada negara Palestina, lalu bagaimana nasib perdamian yang selama ini diperjuangkan. Apakah masih tertap berlanjut?

Kepala perunding Palestina, Saeb Erekat mengatakan hasil pemilu membuktikan Palestina akan sulit menemukan jalan perdamaian, karena Netanyahu dianggap bukan mitra yang baik dalam menciptakan perdamaian di Palestina. Mungkin saja upaya damai masih terus dilakukan terutama oleh pimpinan Fatah. Tapi akan sangat berbeda dengan HAMAS. Bagi mereka tak ada negara Israel. Palestina itu justru meliputi yang di dalamnya sebagian negara Israel yang ibu kotanya di Tel Aviv. HAMAS menilai Israel adalah penjajah.

Apakah upaya-upaya perdamaian yang dilakukan Fatah lewat perunding Israel telah membuahkan hasil bagi Palestina?

Kita mengetahui setiap perundingan dilakukan baik yang difasilitasi Amerika, atau negara-negara di Timur Tengah, seperti perundingan Cam David, semua menjadi mentah kembali. Perundingan perundingan itu hanya menguntungkan Israel. Israel sering melakukan pelanggaran kesepakatan, tapi dunia internasional hanya berhenti sampai pada kecaman. Berapa ratus resolusi yang telah dikeluarkan PBB untuk mengecam pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Israel, tapi hingga kini tak pernah ada sanksi. Oleh karena itu adalah wajar jika HAMAS berjuang melalui perang untuk mencapai kemerdekaan bukan melalui diplomasi seperti apa yang dilakukan oleh Fatah. HAMAS berkeyakinan kemerdekaan Palestina hanya akan dipacai dengan Perang.Itu sebabnya Fatah tak pernah mengakui adanya Negara Israel.***

 

Editor :
- Dilihat 2371 Kali
Berita Terkait

0 Comments