Daktatorial /
Follow daktacom Like Like
Selasa, 01/10/2019 12:22 WIB

Nasib Bekasi : Gabung Jakarta Tenggara atau Bogor Raya?

Dialog Publik Radio Dakta dengan tema Bogor Raya, Pakuan Bhagasasi, atau Jakarta Tenggara?
Dialog Publik Radio Dakta dengan tema Bogor Raya, Pakuan Bhagasasi, atau Jakarta Tenggara?

BEKASI, DAKTA.COM - Gagasan Kota Bekasi bergabung dengan DKI Jakarta sebagai Jakarta Tenggara menyita perhatian publik. Tidak hanya Kota Bekasi, tetapi sudah menjadi isu nasional dan ramai diperbincangkan.⁣

 

Wacana tersebut awalnya muncul ketika Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi mengungkap ada yang menggagas daerahnya menjadi Jakarta Tenggara menanggapi Bupati Bogor, Ade Yasin dan Wali Kota Bogor, Bima Arya yang menggagas Provinsi Bogor Raya yang mencakup Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Bogor, Depok, dan wilayah lainnya di sekitar Bogor. ⁣
 
Selain pilihan bergabung dengan Provinsi Bogor Raya atau Jakarta Tenggara, Rahmat Effendi justru melempar gagasan lain, yakni Provinsi Pakuan Bhagasasi. ⁣
 
Isu itu menggelora dalam Dialog Publik Radio Dakta bertema Bogor Raya, Pakuan Bhagasasi, atau Jakarta Tenggara? yang telah disiarkan secara live dari Hotel Amaroossa Grande Bekasi pada Selasa (1/10/2019).
 
Bekasi Terlalu Ngebet ke Jakarta?
 
Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri, Akmal Malik, menekankan untuk penggabungan suatu daerah diperlukan komunikasi yang intens baik dari kedua belah pihak dengan pemerintah pusat, dalam hal ini Bekasi dan Jakarta.
 
"Ini kan masih sebatas diskusi publik, belum ada komunikasi formal berupa surat ke kami. Untuk itu, ini harus diimbangi dan didukung dari kajian-kajian data," terang Akmal melalui sambungan telepon saat Dialog Publik berlangsung.
 
Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri, Akmal Malik
 
Menurut Akmal, Kota Bekasi harus lebih aktif menjalin komunikasi dengan DKI Jakarta yang ingin dipinangnya. Jangan sampai, wacana ini hanya keinginan Bekasi yang 'ngebet' bergabung ke Jakarta Tenggara.
 
"Bekasi kan ingin meminang Jakarta, makanya pendekatannya harus formal dan legal. Kalau kami dari Kemendagri hanya penghulunya, jadi kedua belah pihak harus saling menjajaki. Jangan-jangan Bekasi yang ngebet, tapi Jakarta-nya enggak," jelasnya.
 
Untung Rugi Kota Bekasi Gabung ke Jakarta
 
Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), Robert Endi Jaweng,⁣ menjelaskan untung dan ruginya kalau Kota Bekasi bergabung ke DKI Jakarta. Ada tiga model pelaksanaan otonomi daerah jika Kota Bekasi menjadi Jakarta Tenggara.
 
Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), Robert Endi Jaweng⁣
 
Pertama, Jakarta tetap menjadi daerah otonomi tunggal. Artinya Kota Bekasi akan kehilangan banyak hal seperti  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), tidak ada pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota serta anggota DPRD. Karena akan dipilih langsung bukan melalui Pemilu.
 
"Kedua, daerah otonomi bertingkat. Tapi muncul pertanyaan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang saat ini punya kekuatan besar dengan mengangkat Wali Kota sehingga mempermudah dalam pengintegrasian, tetapi karena Kota Bekasi masuk maka semua itu akan hilang. Jadi gubernur DKI itu sama seperti yang lain, dia hanya menjadi koordinator wilayah kekuasaan kota dan kabupaten yang ada," paparnya.
 
Ketiga, model otonomi asimetris. Artinya Jakarta tetap menjadi otonomi tunggal, tetapi Kota Bekasi yang baru bergabung ke Jakarta juga tetap sebagai daerah otonomi bertingkat.
 
Menurutnya, ketiga model pemerintah itu mungkin saja terjadi asalkan ada regulasi yang mengaturnya. Untuk itu, perlu ada komunikasi dari keduanya untuk membahasnya.
 
 
 
Mungkinkah Kota Bekasi Jadi Kota Mandiri?
 
Akademisi Unisma Bekasi, Harun Al-Rasyid membuka peluang bahwa mungkin saja Kota Bekasi menjadi kota mandiri karena dari segi anggaran ataupun infrastruktur cukup besar dan layak.
 
Mengingat soal retribusi pajak, Kota Bekasi saja sudah sangat besar karena pengguna kendaraan sangat padat.
 
Terlebih ada enam proyek strategis nasional di Kota Bekasi dan tentu itu akan mengubah wajah Kota Bekasi dari segi sosiologis masyarakat. Dan, itu turut mengubah pola hubungan antara orang-perorangan, termasuk mobilitasnya.
 
Akademisi Unisma Bekasi, Harun Al-Rasyid, Ph.D
 
Dengan potensi pajak yang sangat besar dan kontribusinya kepada Jawa Barat juga sangat luar biasa, sayangnya aspek distribusi keadilan return of investment masih kurang dari Jawa Barat ke Kota Bekasi.
 
"Maka, saya ingin mengeluarkan wacana apakah jadi Bekasi gabung ke Jakarta Tenggara atau menjadi kota mandiri, karena sangat memungkinkan juga itu semua. Cuma memang faktor regulasi yang menjadi faktor utama yang perlu diselesaikan segera," ucapnya.
 
Bekasi Lebih Condong ke Jakarta
 
Sementara itu, Sejarawan Bekasi, Ali Anwar sangat mendukung penggabungan Kota Bekasi ke Jakarta karena dari budaya, bahasa, dan ekonomi lebih condong ke Jakarta, yakni Betawi.
 
"Kalau saya lebih setuju Kota Bekasi kembali ke Jakarta. Karena pada tahun 1950, kita pernah keluar dari Jakarta. Akan tetapi itu sudah dikomunikasikan sejak tahun 2004 dengan Jakarta. Persoalan yang kita pertanyakan, kenapa setelah itu hilang begitu saja pembahasannya," ungkapnya.
 
Sejarawan Bekasi, Ali Anwar⁣
 
Untuk itu, Ali lebih menekankan kepada Pemerintah Kota Bekasi khususnya Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, benarkah serius untuk kembali gabung ke Jakarta?.
 
"Kalau serius, jangan karena anggaran ditambah oleh Pemprov Jabar malah batal, tapi terus lanjutkan," ujarnya.
 
Menurutnya, Wali Kota Bekasi serius dengan wacana bergabung ke Jakarta, karena Rahmat Effendi sudah membuat lembaga survei soal tanggapan masyarakat Kota Bekasi gabung ke Jakarta pada September kemarin.
 
"Itu artinya Pak Wali Kota serius dengan wacana ini dan mengkajinya secara ilmiah," katanya.
 
Ketua HIPMI Kota Bekasi sekaligus Anggota DPRD Kota Bekasi, Yogi Kurniawan Muntako
 
Senada dengan Ali Anwar, anggota DPRD Kota Bekasi terpilih sekaligus Ketua HIPMI Kota Bekasi, Yogi Kurniawan Muntako, juga menilai Bekasi akan lebih produktif apabila bergabung ke DKI Jakarta.

"Jelas lebih dekat dengan Jakarta secara kultur, banyak faktor lain. Bahkan sebagai pengusaha, saya melihat iklim dunia usaha di Kota Bekasi sangat dipengaruhi Jakarta," tegasnya. **

 

Editor :
Sumber : Radio Dakta
- Dilihat 112143 Kali
Berita Terkait

0 Comments