Nasional / Olahraga /
Follow daktacom Like Like
Kamis, 23/08/2018 00:13 WIB

De Javu, Indonesia Kalah 1-3 dari China

Final cabang olahraga bulutangkis beregu putra mempertemukan Indonesia vs China
Final cabang olahraga bulutangkis beregu putra mempertemukan Indonesia vs China
JAKARTA, DAKTA.COM - Final cabang olahraga bulutangkis beregu putra mempertemukan Indonesia vs China. Pertemuan kali ini mengingatkan kembali akan ajang Thomas Cup, Bangkok, Thailand pada Mei lalu. Jika saat pertandingan sebelumnya Indonesia harus menyerah 1-3 atas China.
 
Partai pertama mempertemukan tunggal putra pertama Indonesia Anthony Sinisuka Ginting melawan peringkat kedua asal China, Shi Yuqi. Pada set pertama Anthony unggul jauh dengan 21-14. 
 
Namun, kejar-mengejar angka terjadi pada set kedua. Permainan lob serang dan kombinasi smash menyilang diperagakan kedua pemain. Tak jarang, drop shoot tajam membuat kedua pemain harus berjibaku, bahkan terjatuh. Unggul 19-16, Anthony lenggah hingga memaksa deuce 20-20, pada akhirnya kalah 21-23. 
 
Memasuki set ketiga tak ubahnya set kedua, memasuki angka kritis, Anthony hanya unggul tipis satu poin 19-18. Petaka terjadi, kala Anthony dipaksa harus bekerja keras mengambil bola belakang, tetapi dikembalikan ke sektor depan. 
 
Bahkan, Anthony akhirnya terkapar dan terlihat memegangi bagian pahanya. Sempat memohon Medical Time Out, wasit asal China Taipei, Chen Shih Shen memutuskan untuk melanjutkan. Setelah diberikan penangan, Shi Yuqi tak lantas mengendurkan permainan dan akhirnya Anthony akhirnya memutuskan tidak melanjutkan pertandingan dan kalah 21-20.
 
Setelah itu Anthony di tandu keluar lapangan untuk mendapat penanganan medis lebih lanjut.
 
Pertandingan antara peringkat satu-dua dunia
 
Partai ketiga mempertemukan pemain elit dunia, peringkat satu dunia Marcus Fernaldi Gedion/Kevin Sanjaya Sukamuljo melawan peringkat dua dunia li Junhui/Li Yuchen.
 
Set pertama permainan stroke dan drive antara kedua pemain mendominasi pertandingan. Kecepatan kedua pasangan acap kali membuat riuh Istora Senayan. Berkat defense yang rapih set pertama berhasil direbut Marcus/Kevin 21-17.
 
Tidak berubah di set kedua, kejar-mengejar angka terjadi, walau di interval pertama Li/Li unggul 11-8. Namun, permainan akhirnya diimbang di point kritis 17-17. Jumpingsmash dan netting tipis terus dilakukan oleh Marcus/Kevin. Akhirnya, melalui du kesalahan Li Yuchen, Marcus/Kevin menyudahi pertandingan dengan straight set 21-17, 21-18. Indonesia imbang 1-1 atas China
 
Jojo vs peraih emas Olimpiade Rio 2016
 
Partai final semakin memanas, saat partai ketiga dihelat. Tunggal kedua Indonesia Jonathan Christie berhadapan dengan peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 Chen Long.
 
Sempat unggul jauh 7-2 di awal set. Jojo panggilan akrab Jonathan, kehilangan fokus dan akhirnya disamakan kedudukannya 7-7. Walau akhirnya diinterval pertama unggul 11-10. Terus kejar mengejar angka, melalui drops shoot menyilang Jojo yang tak dapat dikembalikan Chen Long menutup set pertama 21-19.
 
Set kedua berlangsung tak kalah menarik. Keduanya mempertunjukkan permainan kelas wahid. Namun, defense dan foot work yang rapih dari Chen Long membawanya unggul 11-8 pada interval set kedua. Sering melakukan kesalahan sendiri dan gagal mengembalikan drop shoot tanjam dari Chen Long, Jojo harus mengakui kekalahannya di set kedua dengan 16-21.
 
Terima Kasih Tim Bulutangkis Beregu Putra
 
Tertinggal 1-2 membuat pendukung Indonesia cemas. Harapan memperpanjang nafas ada di Fajar/Rian. Pasangan peringkat sembilan Dunia ini harus melawan Pasangan nomor empat dunia Liu Cheng/Zhang Nan.
 
Kalah diset pertama 21-18, Fajar/Rian membalas dengan 21-17 diset kedua. Set ketiga berlangsung alot, dengan diwarnai smash dan drive keras. Namun, pengalaman Zhang Nan sang peraih emas olimpiade London 2012, menjadi pembeda. Akhirnya, Liu/Zhang menang 21-18.
 
Bukan perkara mudah melawan China, pada Thomas Cup 2018 lalu Indonesia juga dikandaskan China, hang akhirnya keluar sebagai juara.
 
Patut kita apresiasi, Final terakhir tim bulutangkis beregu putra adalah Asian Games 2002 di Busan, Korea Selatan.
 
Diisi pemain rerata dibawa 24 tahun, besar harapan kita pada Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia bisa berbicara banyak dengan materi pemain saat ini. **
Reporter :
Editor :
- Dilihat 7949 Kali
Berita Terkait

0 Comments