Nasional / Kesehatan /
Follow daktacom Like Like
Senin, 28/05/2018 11:00 WIB

Setelah Keracunan, Warga Bogor Diimbau Tidak Makan Tutut

Tutut atau Keong Sawah
Tutut atau Keong Sawah
BOGOR, DAKTA.COM - Warga Bogor diimbau selektif memilih menu berbuka puasa selama Ramadhan agar tidak terulang musibah keracunan massal setelah mengonsumsi tutut (keong sawah) yang menimpa warga Kampung Sawah, Kelurahan Tanah Baru.
 
"Peristiwa keracunan ini jadi pembelajaran masyarakat agar lebih selektif memilih menu berbuka," kata Kepala Puskesmas Bogor Utara, Oki Kurniawan, kepada Antara di Bogor, Senin (24/5).
 
Ia mengajak masyarakat khusus para korban keracunan untuk tidak memilih menu makanan yang beresiko seperti hidangan Tutut, apalagi dikonsumsi sehari-hari selama Ramadhan.
 
Menurutnya, belum diketahui memakan Tutut sebagai sesuatu yang dihalalkan atau diharamkan bagi masyarakat Muslim, mengingat hewan tersebut hidup di dua alam.
 
"Apakah dia (Tutut) beracun atau tidak kita juga tidak tahu. Katanya sih enak. Dalam pengolahan makanan perlu memperhatikan sanitasi dan higienitas yang menjadi syarat makanan itu aman dikonsumsi," ujarnya.
 
Selama Ramadhan ini, pasien keracunan dapat makan dan minum seperti biasa, hanya saja harus menghindari makanan yang beresiko menganggu kesehatan seperti kopi, makanan asam, dan pedas. "Kalau bisa sebulan ini jangan dulu makan Tutut khusus untuk warga Tanah Baru, untuk di luar Tanah Baru silakan saja," ucapnya.
 
Saat ini masih ditelusuri penyebab pasti keracunan yang dialami warga Kampung Sawah, apakah dari sumber Tututnya, atau dari cara pengolahan yang tidak memenuhi syarat higienis dan sanitasi, maupun dari sumber air yang digunakan untuk memasak dan membersihkannya.
 
"Kita juga tidak tahu, apakah ada pengaruhnya jika Tutut yang tidak laku dijual diolah lagi dengan Tutut baru akan memberi efek," tutur Oki.
 
Lebih dari 85 warga Kampung Sawah, Kelurahan Tanah Baru mengalami gejala mual, muntah, dan diare setelah mengkonsumsi hidangan Tutut. Warga terpaksa dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapat pengobatan.
 
Dibutuhkan waktu dua sampai tiga hari untuk memulihkan kondisi kesehatan warga dengan memberikan cairan infus, serta obat-obatan seperti antasida/norit, antimuntah, dan antibiotik. **
Editor :
Sumber : antaranews.com
- Dilihat 10889 Kali
Berita Terkait

0 Comments