Parlemen / DPR RI /
Follow daktacom Like Like
Senin, 12/02/2018 15:55 WIB

Syafi'i: Generasi Muda Indonesia Dirampok Narkoba

Muhammad Syafii Anggota Komisi III DPR RI
Muhammad Syafii Anggota Komisi III DPR RI
JAKARTA_DAKTACOM: Anggota Komisi III DPR RI Muhammad Syafi’i mengatakan, narkoba merupakan program dari bangsa luar untuk melemahkan bangsa Indonesia. Contohnya, kekalahan Amerika dalam Perang Vietnam, disebabkan pasukan AS yang dicekoki narkoba. Juga kekalahan Cina dari Inggris, sehingga Hongkong jatuh ke tangan Inggris dalam perang Candu I dan II.
 
“Artinya, negara-negara yang pernah kalah perang tahu betul bahwa mengalahkan suatu bangsa untuk merampok kekayaannya, tidak hanya dengan perang senjata dan perang modal, tapi juga dengan melemahkan generasinya lewat kecanduan narkoba,” kata Syafi’i kepada pers di Jakarta, Senin (12/2).
 
Hal itu dikatakannya menanggapi personil TNI AL yang bertugas di KRI Sigirot 864 berhasil menggagalkan penyelundupan narkoba jenis sabu sebanyak 1 ton di perairan Batam, Kepri, baru-baru ini.
 
Menurut Syafi’i, penyelundupan narkoba akan melemahkan bangsa. Salah satu indikasinya, berdasarkan  penelitian BNN, pengedar narkoba orang Indonesia, sekaligus sebagai pecandu. Berbeda pengedar narkoba dari luar negeri, tidak ada yang pemakai, berarti mereka menjalankan misi.
 
“Modusnya, kejahatan narkoba luar negeri ingin melemahkan bangsa Indonesia. Kalau kita punya banyak kelemahan, berarti kita membiarkan untuk melemahkan generasi bangsa dan memudahkan kembali kekuasaan bangsa asing di Indonesia. Intinya ingin merampok sumber daya alam, tempat pemasaran, dan perluasan wilayah. Ini justru lebih berbahaya,” tandas politisi F-Gerindra itu.
 
Anggota Dewan dari Dapil Sumut ini merasa kecewa terhadap pemberantasan narkoba yang skala bahayanya justru melebihi dari kejahatan-kejahatan yang lain. Peredaran narkoba sudah masif, bahkan tidak lagi memandang tempat, jabatan, jenis kelamin bahkan usia.
 
Faktanya, lanjut Syafi’i, lapas-lapas atau rutan di seluruh Indonesia yang over kapasitas 65 persen penghuninya karena terlibat kejahatan narkoba. Menurutnya, narkoba tergantung dari demand and supply, kalau banyak orang tertangkap berarti permintaan meningkat. Berarti tidak ada upaya efektif pemerintah yang bisa menurunkan permintaan narkoba dari penduduk Indonesia. Pada saat yang sama pemerintah juga semakin kerepotan dengan suplai.
 
“Sebenarnya bila hukum benar-benar ditegakkan dan aparat serius, bisa diatasi. Namun ternyata masih terlihat ada kelemahan, buktinya di Sumut ada orang baru divonis, masuk lapas lalu ketangkap di hotel lagi nyabu. Ada juga narapidana narkoba yang sudah divonis mati dua kali. Tapi masih mengendalikan narkoba dari lapas,” kata Syafii menambahkan.
Editor :
Sumber : dpr.go.id
- Dilihat 877 Kali
Berita Terkait

0 Comments