Tilawah Langgam Jawa Menuai Kontroversi
JAKARTA_DAKTACOM: Tilawah Qur’an menggunakan langgam bahasa Jawa telah menuai kontroversi. Adian Husaini menilai tilawah Qur’an langgan jawa tak dilarang tapi tak etis. Berbeda dengan dengan Hartono Ahmad Jaiz yang menilai, tilawah Qur’an langgam Jawa menyimpang dari kaidah bacaan Al-Qur’an.
Menurut Hartono Ahmad Jaiz, jika jenis lagu Dandanggulo itu dari segi makna kurang lebih adalah angan-angan manis. Lagu dalam langgam Jawa itu punya cengkok naik turunnnya nada dan panjang pendeknya, jumlah bait syairnya serta jumlah suku kata dan qafiyahnya, bunyi-bunyi di akhir bait. Bahkan sekaligus mengandung pula misi dalam isi jenis langgam itu.
Ketika jenis lagunya Dandanggulo maka ya hanya angan-angan manis. Lantas, ketika ternyata untuk melagukan Ayat-ayat Al-Qur’an, berarti sama dengan “memerkosa” ayat Allah untuk diresapi sebagai angan-angan manis belaka. Betapa celakanya!
Lantas nanti ketika membaca al-Qur’an dengan langgam jenis lainnya, misalnya Durmo (sindiran untuk orang songong, tak peduli totokromo/ tatakrama), bagaimana kalau itu untuk membaca ayat-ayat tentang Keagungan Allah Ta’ala?
Perlu diketahui, tatacara melagukan dan menyusun bait-bait syair lagu langgam Jawa itu mirip dengan ilmu ‘Arudh wal qawafi dalam Sastra Arab. Kalau dalam Langgam Jawa ada Dandanggulo (yang ketika disebut jenis itu) maka mencakup isinya bermakna sekitar angan-angan manis. Irama lagu nyanyiannya sudah tertentu, termasuk panjang pendeknya, jumlah bait syairnya, huruf-huruf akhir baitnya dan sebagainya, papar Hartono.
Yang pasti Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, tak lantas mengalah dengan tekanan yang disampaikan sejumlah kalangan yang melantunkan Al Qur’an dengan langgam Jawa.
Menteri Agama mengatakan tujuan kementerian agama memperkenalkan tilawah Quran menggunakan langgam jawa untuk menjaga dan memelihara tradisi Islam Nusantara.
"Ini sekaligus dalam rangka memperkaya kita semua bahwa betapa sejak ratusan tahun dulu para pendahulu kita memadukan nilai agama dalam tradisi yang berkembang di masyarakat kita yang beragam," ujar Lukman saat ditemui usai membuka rakernas di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Selasa malam (19/5).
Ia menjelaskan, dengan adanya tilawah menggunakan langgam Jawa maka menunjukan Islam di Indonesia disebarluaskan melalui bacaan Quran yang tetap mengguanakan tradisi budaya yang berkembang di masing-masing wilayah nusantara yang sangat beragam.
Sebelumnya diberitakan, pembacaan ayat-ayat suci Alquran pada Peringatan Isra’ Mi’raj di Istana Negara beberapa waktu lalu dilakukan dengan langgam Jawa.
Dalam tayangan yang disiarkan langsung oleh sebuah stasiun televisi negara itu, tampak Presiden Jokowi dan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin khusyuk mendengarkan qari membaca surah An-Najm ayat 1-5 dengan langgam Jawa.
Jangan sampai terjadi maksudnya untuk menyiarkan Islam malah jadinya memperolok-olok ayat Al-Qur’an. Hanya orang-orang kafir yang memperolok-olok Al-Qur’an untuk mengacaukan. Allah berfirman: “ Orang-orang kafir berkata jangan kamu dengar Al-Qur’an, kacaukan, agar kamu dapat mengalahkan mereka. (Fushilat ayat 26).
Editor | : | |
Sumber | : | Ulil Albab |
- Potensi Covid-19 Klaster Industri di Bekasi
- Geliat Ekonomi Bekasi di Tengah Pandemi Covid-19
- Rintihan Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi
- Masih Efektifkah Sistem Zonasi Covid-19 di Bekasi?
- Wabah Virus Corona, Haruskah Disyukuri?
- Bekasi Siapa Gubernurnya?
- Ancaman Transgender, Haruskah Kita Diam?
- Kenapa Bekasi Tenggelam?
- Nasib Bekasi : Gabung Jakarta Tenggara atau Bogor Raya?
- Air Bersih atau Air Kotor?
- Agustus Bulan Merdeka Bagi Sebagian Rakyat Indonesia (1)
- Refleksi Emas Kampung Buni di Tengah Gelar Kota Industri
- Apa Kata Netizen: Catatan Mudik 2019 Si Obat Rindu Masyarakat +62
- Diksi Kafir dalam Polemik
- Ironis, Kasus Nuril Tunjukkan Kebobrokan Hukum
0 Comments