Nasional / Budaya /
Follow daktacom Like Like
Senin, 14/08/2017 09:45 WIB

Harga Hijrah Punkers Muslim Bertato Capai Rp 6 Miliar

hapus tato punker muslim
hapus tato punker muslim
JAKARTA_DAKTACOM: Mengumpulkan seribu orang bertato yang berniat untuk menghapus rajahan tinta di tubuh tidak pernah terpikirkan oleh Ahmad Zaki, 32, sebelumnya. Pria penggagas jaringan Punk Muslim Indonesia ini mengaku terinspirasi menggelar program ‘Berani Hijrah Itu Hebat’ setelah salah langkah saat mencoba mengembalikan jalan hidup anak-anak Punk muslim yang ditemuinya. 
 
Sejak tahun 2005, Zaki masuk dalam perkumpulan anak-anak Punk di beberapa kota. 
 
Dia bermain bersama jaringan pemuda-pemuda penentang masyarakat yang mapan, yang berada di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. 
 
Dalam inisiasinya untuk mengembalikan anak-anak Punk beragama Islam ke jalan yang benar, Zaki perlahan-lahan berhasil mengubah cara berpikir mereka. Dia menyebut telah ‘memvermak’ para Punkers di tiga kota itu. 
 
Anak-anak Punk yang dikenal bau badan dan perokok berat, kini sudah berubah drastis. Mereka tak lagi merokok dan menjadi sosok yang anti-bau badan. Perubahan cara berpikir pun, kata Zaki, terlihat ketika punkers-punkers itu mulai memperbaiki hidup dengan berani berpikir untuk menikah. 
 
“Saya vermak mereka. Yang dulu merokok jadi tidak merokok. Yang dulu bau badan sekarang malah enggak suka sama yang bau badan. Sampai mereka akhirnya berani menikah. Dalam perjalanan, mereka punya anak. Kemudian anak-anaknya itu melihat tato di tubuh orang tuanya. Mereka kemudian berpikir jangan sampai anak-anaknya tahu kalau orang tuanya dulu hidup di jalan yang tidak benar,” kata Zaki. 
 
Pria yang juga menjadi tim advokasi komunitas Gerak Bareng ini kemudian menyampaikan kepada teman-teman punk-nya bahwa keberadaan tato dapat menjadi halangan untuk beribadah. Saking ingin kembali menjadi muslim yang taat, beberapa punkers pun rela menghadapi nyeri demi menghapus tinta rajahan di tubuh mereka. 
 
“Mereka malah eksperimen coba menghapus pakai bubuk PK, silet, sampai soda api supaya bisa menghapus tato-tato di tubuh mereka. Saya pusing karena saya merasa malah tak berhasil,” ujarnya.
 
Tidak hanya itu, permasalahan keberadaan tato di tubuh punkers muslim yang ingin kembali hijrah dan memperbaiki hidup semakin terlihat ketika mereka kesulitan untuk beribadah ataupun bergaul.
 
“Mereka sudah mau salat dan diajak ke masjid. Tapi ketika sampai di masjid mereka malah dianggap maling sandal. Disangka orang enggak benar, disangka copet, cuma gara-gara tatonya kelihatan,” kata Zaki.
 
Tak disangka-sangka, saat menghadapi kendala tersebut, Komunitas Gerak Bareng kemudian mendapat donasi sejumlah ribuan dolar dari seorang pengusaha. Zaki bersama teman-temannya pun sepakat untuk menggelar program penghapusan tato.
 
Untuk menghapus tato, ujar Zaki, umumnya membutuhkan biaya jutaan hingga ratusan juta. Namun, untuk punk muslim yang ingin menyempurnakan perjalanan hijrah mereka ke kehidupan yang lebih baik, komunitas ini memberikan layanan penghapusan tato dengan gratis.
 
Kondisi ekonomi kebanyakan anak-anak Punk yang berasal dari kalangan menengah ke bawah menjadi alasan program ini dibuat secara gratis. Satu bayaran yang diminta oleh Gerak Bareng hanyalah pembacaan surat Ar-Rahman oleh orang-orang yang ingin tatonya dihapuskan. 
 
Zaki mengatakan, pembacaan surat ke-55 dalam Al Quran itu dapat membuat peserta lebih fokus dan tidak terlalu merasakan sakit semasa menjalani penghapusan tato. “Karena kami yakin bahwa Al Quran itu As Syifa, penyembuh. Tidak hanya menyembuhkan hati, tapi juga jasad mereka,” ungkapnya. 
 
Program yang menargetkan diikuti oleh 1000 orang yang dibagi ke dalam tiga angkatan ini, kata Zaki, jika dikonversikan seperti biaya penghapusan tato berbayar pada umumnya, sama dengan Rp 6 miliar. 
 
“Satu peserta itu menghabiskan uang minimal Rp 15 juta. Kalau yang penuh satu badan bisa menghabiskan 100 juta sendiri. Kami tidak bisa berbagi ke orang-orang dengan uang hingga Rp 6 miliar. Tapi kami bisa bagi dengan cara yang lain,” tukasnya. 
 
Ajak dokter estetika sebagai relawan
 
Untuk menjalani program Berani Hijrah Itu Baik, komunitas Gerak Bareng mengajak seorang dokter estetika untuk ambil bagian. Namanya, Rizki Sari. Dokter muda ini mengaku mau ambil bagian karena merasa kasihan dengan keinginan anak-anak Punk yang dikenalnya, yang ingin kembali ke kehidupan sosial namun terhalang stigma negatif tato.
 
“Ada beberapa teman yang ingin beribadah dengan enak tapi masih ada tatonya, kemudian jadi beban, ragu, ibadahnya diterima apa enggak. Di sini kami bantu fasilitasi penghapusan tato. Karena kami tahu penghapusan tato cara tradisional sering menyebabkan luka bakar yang berdampak panjang,” kata Rizki.
 
Dia menjelaskan, banyak anak-anak punk yang bereksperimen malah harus menelan rasa sakit yang lebih parah setelah melakukan penghapusan tato sendiri. Perempuan yang sering disapa Dokter Kiki ini pun sering mendengar pengakuan-pengakuan ajaib peserta program.
 
“Ada teman-teman yang sempat mencoba menghapus dengan menyetrika tato di lengannya. Itu kan jadi agonizing pain yang sangat nyeri. Bagian kulit yang luka itu mungkin terangkat, tapi pigmen tatonya belum tentu bisa ikut hilang. Kadang malah menimbulkan cacat yang lebih,” jelasnya. 
 
Karena banyak ditemukan kondisi seperti itu, muncul keinginan membantu dengan layanan penghapusan tato tanpa mengurangi nilai estetika, fungsi kulit ataupun efek samping lainnya yang bisa timbul.
 
“Saya pribadi ingin membantu teman-teman untuk dapat menghilangkan tato dengan tingkat nyeri yang jauh lebih rendah dan keamanan yang lebih baik. Karena ini dilakukan di bawah supervisi tenaga medis,” tuturnya.
Editor :
Sumber : Anadolu Agency Indonesia
- Dilihat 2147 Kali
Berita Terkait

0 Comments